10108
Hits

DYNAMIC VOLTAGE RESTORER, KURANGI KERUGIAN INDUSTRI AKIBAT KUALITAS PASOKAN LISTRIK

Selanjutnya dikatakan, kualitas pasokan listrik yang buruk menurut survei dunia usaha di Indonesia menimbulkan dampak kerugian mencapai enam persen dari total penjualan. Bahkan di Eropa, kerugiannya mencapai 150 miliar Euro per tahun. Misalnya pada industri gelas kerugiannya mencapai 250-350 ribu Euro, industri baja kerugiannya mencapai 250-350 ribu Euro, industri komputer 750 ribu Euro dan bahkan industri semikonduktor kerugiannya mencapai 3,8 juta Euro per kejadian, jelasnya.

Selain disebabkan Kedip tegangan, Kepala Bidang Rekayasa Sistem Infrastruktur Energi dan Tenaga Listrik, Ferdi Armansyah, menyampaikan bahwa penyebab kerugian industri terkait dengan listrik adalah harmonisa berupa riak gelombang tegangan listrik. Riak tersebut menyebabkan kualitas daya listrik menurun dan memicu berbagai peralatan elektronik rusak.

Untuk mengatasi hal tersebut, BPPT berupaya mengembangkan salah satu teknologi mitigasi kualitas daya yaitu Dinamic Voltage Restorer (DVR) yang sedang dalam proses mensertifikasi prototipenya untuk bisa diproduksi massal. Diharapkan teknologi ini dapat mengurangi kerugian industri akibat kualitas pasokan listrik. Teknologi DVR diproduksi di dalam negeri sehingga harganya lebih murah namun memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk impor yang bisa mencapai Rp1 miliar. Bekerja sama dengan PT LEN Industri, BPPT berhasil membuat DVR kapasitas 400 kVa dengan harga Rp500 juta per unit. Jauh lebih murah dibanding dengan DVR impor. Bila sertifikasinya sudah keluar, DVR ini bisa diproduksi awal tahun depan, imbuhnya.

Sementara itu, Jose Roberto Moreira, Pemenang nobel perdamaian tahun 2007 asal Brasil mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat ada dua pilihan, yakni menambah daya listrik baru atau berinvestasi dalam peralatan listrik penyimpan dan penghemat energi. Pengadaan peralatan hemat energi dihitung-hitung ternyata lebih murah daripada pembiayaan membangun pembangkit baru. Apalagi jika pembangkit listrik yang baru ini masih dibangun dengan teknologi lama yang boros, tuturnya.

Teknologi Inverter, katanya, memiliki partisipasi penting dalam mengurangi permintaan listrik, serta memiliki relevansi untuk menghasilkan listrik terbarukan dari sumber angin dan PV. Sebagai teknologi baru inverter dapat meningkatkan keprihatinan tentang kehandalan dalam masalah pemasokan jaringan, dan masalah potensial yang dapat diselesaikan secara learning by doing.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) BPPT, Andhika Prastawa menyampaikan tujuan workshop ini adalah untuk menghasilkan solusi yang tepat untuk peningkatan kualitas daya listrik dimasa mendatang. Dikarenakan kualitas daya listrik  merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam berlangsungya usaha dari sektor, industri untuk meningkatkan daya saing produksi baik di pasar domestik maupun internasional, tuturnya.

Workshop yang bertemakan Pengembangan Teknologi Power Quality untuk Meningkatkan Kualitas Produk dan Daya Saing Industri Nasional tersebut dihadiri peserta dari lima institusi Pemerintah yaitu Kementerian ESDM, Kementerian Ristek (BPPT), Kementerian Perindustrian, dan Kementerian BUMN (PT. PLN). Dari pihak akademis seperti dari Universiatas Indonesia, ITB dan Jerman University. Selain itu, hadil juga perwakilan dari organisasi kelistrikan, Masyarakat Kelistrikan Indonesia, Asosiasi Dasar Organik dan Anorganik industri, Asosiasi Keramik Indonesia dan Asosiasi Peralatan Listrik Indonesia. (KYRAS/humas)