“Alat ini juga dilengkapi dengan beberapa sensor pendukung antara lain system positioning/DGPS, sensor gerak (motion sensor), sensor kecepatan suara di permukaan air (Sound Velocity Keel Sensor), sensor profiler kecepatan suara (Sound Velocity Profiler) beserta sistem akuisisi dan prosesing data MBES,” rincinya dalam keterangan pers di Cilegon (26/11/2017).
Lebih lanjut diutarakannya bahwa KR. Baruna Jaya I, pada kesempatan ini juga akan menjalani Sea Acceptance Test (SAT) atau lebih dikenal dengan sebutan sea trial untuk menguji kelayakan multibeam echosounder di laut. SAT ini masih merupakan tanggung jawab pihak supplier, dalam SAT juga dilaksanakan onboard training (pelatihan) yg langsung diberikan oleh pihak Teledyne. Untuk diketahui, multibeam ini merupakan alat untuk menentukan profil permukaan dasar laut dan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Penggunaan alat ini diharapkan dapat membantu BIG dalam melengkapi peta lingkungan laut nasional terutama di laut dalam. Selain itu, dengan proyek Pengembangan Konektivitas Palapa Ring Timur, KR. Baruna Jaya I dng Peralatan Multibeam Echosounder yg baru diharapkan dpt berkontribusi penuh dlm pemilihan dan penentuan jalur kabel bawah laut. Pemetaan jalur Kapal di pelabuhan, studi geodinamik, migas, dll sangat membutuhkan peralatan ini.
“Multibeam echosounder yang dimiliki kapal Baruna Jaya I menjangkau kedalaman kurang lebih 11000 meter yang mana belum ada kapal-kapal riset di Indonesia yang memiliki kemampuan pemetaan dasar laut dari kedalaman dangkal 20m hingga kedalaman tersebut,” jelasnya.
Sea trial ini diungkap Ilyas akan berlangsung selama 9 hari, dan dibagi menjadi 2 leg. Untuk leg pertama dilakukan tanggal 25 sampai 29 November 2017, yakni untuk pengujian alat multibeam echosounder.
“Leg pertama merupakan kegiatan kalibrasi MBES Hydropsweep dan uji kemampuan pengukuran kedalaman yang cukup untuk membuktikan kehandalan MBES Hydrosweep DS sesuai dengan spesifikasinya untuk mengukur laut dalam hingga 11 km . Kalibrasi akan dilaksanakan di sekitar Selat Sunda dimana terdapat kedalaman kurang lebih 1000 meter dan terdapat objek alam yang bisa dijadikan sebagai objek kalibrasi,” terangnya.
Untuk Leg kedua nanti dituturkannya, tanggal 30 November sampai 3 Desember 2017, yakni untuk kegiatan ilmiah yakni mendeteksi adanya patahan disekitar selatan Pulau Jawa.
“Leg kedua merupakan kegiatan uji kemampuan MBES Hydrosweep DS untuk mendeteksi objek dasar laut dan ujicoba resolusi. Pada kegiatan ini akan dilakukan pengukuran kedalaman di lokasi objek yang sudah diketahui terdapat objek dasar laut (seperti kapal tenggelam atau objek lainya) di sekitar Selat Sunda. Selain itu akan dilakukan pengkuran batimetri di Selatan Pelabuhan Ratu untuk menguji resolusi MBES Hydrosweep pada kedalaman 500 meter – 1500 meter,” rincinya lagi.
Untuk potensi pemanfaatan Kapal Riset Baruna Jaya I inipun diurai olehnya bahwa potensi penggunaan multibeam laut dalam ini sangat luas dalam aplikasi di berbagai bidang seperti survei jalur kabel, jalur pipa, geohazard (penempatan buoy tsunami, kegempaan) dan geoteknik (pembangunan jembatan, infrastruktur di laut).
Sebagai informasi kegiatan sea trial yang rencananya dipimpin langsung oleh Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT adalah rangkaian proses pembaruan sekaligus pengujian multibeam echosounder Kapal Riset Baruna Jaya I yang merupakan proyek revitalisasi kapal-kapal riset BPPT tahun 2017. Terkait pemasangan multibeam echosounder inipun, BPPT bekerjasama dengan PT. SAMUDERA MARINE INDONESIA (SMI) sebagai penyedia fasilitas galangan kapal dan TELEDYNE TECHNOLOGIES, DENMARK sebagai penyedia teknologi multibeam echosounder ini. Pemasangan berlangsung selama 3 minggu, dimulai tanggal 1 November sampai 23 November 2017 digalangan SMI. BPPT (BTSK) sangat mengapresiasi kerja sama yang melibatkan semua pihak, PT. ASMIN, SALT SIN, TELEDYNE, PT. SMI dan PT. SATYA. Khususnya secara legal formal adalah BTSK dan SATYA.
Perlu diketahui juga bahwa Kapal Riset Baruna Jaya I ini aktif terlibat dan memiliki peran penting kala Operasi SAR pencarian pesawat Air Asia QZ 8501, pada Tahun 2014-2015 silam.
“Kami harap Kapal Riset Baruna Jaya I ini dapat memberi kontribusi besar dalam percepatan pembangunan nasional. Khususnya dalam mendukung cita Indonesia menjadi poros maritim dunia,” tandasnya. (Humas/HMP)