Perkembangan ilmu genomik dapat memanfaatkan kecerdasan artifisial untuk menciptakan teknologi yang efektif dan efisien. Hal ini dapat mendorong dan membantu khususnya bidang kesehatan Indonesia, baik dari segi diagnosa, pengobatan, maupun pencegahan suatu penyakit. Harapannya peserta webinar dapat lebih mengenal dan memahami manfaat kecerdasan artifisial yang dapat diterapkan di bidang genomik.
KORIKA (Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial Indonesia) merupakan suatu organisasi orkestrasi berbasis nilai dan Quad Helix didirikan sebagai suatu keberlanjutan dari Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia (Stranas KA) yang diluncurkan pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional pada tanggal 10 Agustus 2020, merupakan hasil pemikiran kolektif dan kolaboratif dari berbagai entitas yang melengkapi komponen Quad Helix (Pemerintah, Industri, Akademis, dan Komunitas).
Webinar Artificial Intelligence for Genomic Development in Indonesia ini dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT KORIKA ke-1. Webinar ini merupakan webinar kedua yang menjadi rangkaian HUT KORIKA yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus.
Hamam Riza Presiden KORIKA dalam sambutannya menyampaikan persaingan dunia dalam menguasai AI, sudah sama seperti space war era perang dingin, siapa yang menguasai AI, dia yang akan berpeluang menguasai dunia. Kecerdasan Artifisial menjadi lompatan inovasi teknologi menuju masa depan Indonesia.
“Kecerdasan artifisial memerlukan kolaborasi yang kuat diantara quad helix, apakah itu pemerintah, industri, komunitas maupun akademisi dalam mewujudkan ekosistem AI di Indonesia” terangnya
Dante Saksono Harbuwono Wakil Menteri Kesehatan RI dalam kesempatan yang sama menyampaikan AI dalam pengembangan medical genomic. Revolusi teknologi dunia berawal dari penemuan suatu partikel/zat terkecil, mulai dari atom, bits/binary code hingga DNA/Genome. Sekuensing genomic membuat intervensi medis dapat dilakukan dengan lebih presisi: outcome lebih baik dan efek samping lebih rendah. Sekuensing genomic juga memberikan kesempatan skrining penyakit berdasarkan biomarker gen.
Diberbagai negara, masyarakat telah mendapatkan akses untuk skrining risiko penyakit dan sekuensing. Contohnya risiko obesitas. Di pilar teknologi kesehatan, program genomic tengah disiapkan di 6 rumah sakit vertical. Sistem kesehatan AI akan diprioritaskan di tahun 2023.
Menurut Dante salah satu platform AI telah diuji coba di Indonesia untuk deteksi TBC. qXR (qure.ai) telah disetujui oleh Kemenkes untuk Zero TB
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman empat pihak yaitu Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN, Huawei Indonesia, IT Del dan KORIKA terkait Inisiasi kerjasama kolaborasi riset dan inovasi kecerdasan artifisial untuk genomic di Indonesia.
Budi Prawiro Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN menyampaikan salah satu fokus program BRIN di tahun 2022-2024 adalah AI dan big data untuk biodiversity. Biodiversity merupakan salah satu faktor penting dalam riset dan inovasi di bidang hayati dasar, pertanian dan kesehatan. Indonesia saat ini termasuk negara megadiversity dengan dua hot spot biodiservitas. Kekayaan biodiversitas yang dimiliki memberikan peluang dan tantangan bagi Indonesia.
“Kekayaan biodiversitas Indonesia, baik yang berasalah dari non human dan human belum banyak termanfaatkan, dibandingkan dengan negara maju. Koleksi data genome kita relatif sedikit” jelas Budi
Anto Satriyo Nugroho Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN pada kesempatan itu menyampaikan bahwa ada tiga hal yang menarik pada webinar kali ini, yaitu data genomic, kecerdasan artifisial (machine learning) dan bagaimana data tersebut dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi.
Menurut Anto, pemanfaatan teknologi pengenalan pola melalui pemetaan data dengan karakteristik tertentu ke suatu class. Machine learning sering dipakai untuk pengenalan pola. Machine learning sendiri merupakan suatu studi mengenai algoritma komputasi yang meningkatkan performanya lewat belajar dari pengalaman, seperti pengenalan wajah di social media, mesin absensi, pengenalan suara, dan machine translation.
Webinar kali ini juga menghadirkan beberapa narasumber dari berbagai organisasi diantaranya, Kementerian Kesehatan RI, Beijing Institute of Genomics (BIG), APJ Ilumina, PT Biofarma, FKUI, IPB, ITB, Huawei Cloud Indonesia, IT Del. (ARF_hms S2/ed_LH)