5948
Hits

BPPT Dukung Tingkatkan Nilai Tambah Sumberdaya Alam

Admin HKH
26 Aug 2021
Layanan Info Publik

Ketika bicara sumber daya alam secara keseluruhan maka selalu ada nuansa nilai tambah dan sudah dijelaskan di Undang-undang. Untuk itu, jika Indonesia ingin maju ada dua kuncinya pertama berdasarkan pada sumberdaya alamnya, kedua adalah nilai tambah jadi sumberdaya manusia yang mampu mengolahnya.

 

Dikatakan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumberadaya Mineral Ridwan Djamaluddin di acara webinar Nasional Hilirisasi Mineral Indonesia dengan tema Pengolahan Sisa Hasil Pengolahan (Tailing) pada Industri Hidrometalurgi Nikel yang diadakan Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT secara daring (26/08).   

 

Menurut Ridwan, tantangan terbesar dalam meningkatkan nilai tambah yang pertama adalah penguasaan teknologi, kedua aspek ke ekonomian dan ketiga adalah aspek lingkungan. Hingga saat ini, ketiga aspek tersebut masih menjadi tentangan dalam  peningkatan nilai tambah.

 

Terkait hal tersebut, Ridwan meminta kepada BPPT untuk bisa menjadi bagian dari fungsi Pemerintah dalam melakukan pengawasan atau sering disebut audit teknologi. Kemudian pada tatanan global, terdapat persaingan yang melihat Indonesia sebagai sebuah kekuatan besar terutama dalam industri nikel ini.

 

Selain itu terkait Pengolahan Sisa Hasil Pengolahan (Tailing) pada Industri Hidrometalurgi Nikel serta penempatan sisa hasil pengolahan di dasar laut, menurutnya Ia meminta kepada BPPT untuk mengerahkan kemampuan keilmuannya dalam menempatkan sisa hasil pengolahan dibagian dasar laut.

 

Ridwan juga meminta kepada BPPT untuk membuat masterplan mata rantai industri nikel dan logam karena sampai saat ini Pemerintah belum mempunyai rencana besar atau rencana induk.

 

Dalam waktu dekat, Dirjen Minerba dengan kapasitasnya akan melakukan kegiatan eksplorasi logam tanah jarang dan didukung dengan kapasitas BPPT khususnya eksplorasi logam tanah jarang, jelasnya.

 

Di Indonesia untuk spesifik logam tanah jarang jumlahnya tidak banyak sehingga teknologi eksplorasi yang efesien menjadi penting guna peningkatan nilai ekonominya. Teknologi hilirasasi, logam tanah jarang nantinya akan menjadi bahan baku material masa depan, pungkasnya. (Humas BPPT)