“Upaya tersebut kian intens karena Sumatera Selatan, sedang dalam puncak musim kemarau,” ujarnya melalui pesan instan, Senin (15/10/2018).
Menurutnya, operasi modifikasi cuaca ini sempat terkendala oleh kondisi cuaca. Kelembapan tanah imbuhnya, menurun drastis sehingga jumlah titik api atau hotspot meningkat signifikan.
"Sekitar sepuluh hari kondisi cuaca di Sumatera Selatan kering, bahkan TMC kesulitan menemukan awan untuk disemai untuk menjadi hujan," ujarnya.
Seiring potensi cuaca mulai membaik barulah katanya, penyemaian awan bisa dilakukan maksimal dan hujan mulai turun. Demi memaksimalkan TMC, BPPT sebutnya dua kali terbang menyemai garam di atas awan Sumatera Selatan. Penyemaian serupa terus dilakukan hingga memasuki musim hujan.
"Sejak dua pekan ini dilakukan penyemaian pada awan-awan potensial. Hasilnya selama seminggu terakhir hujannya cukup banyak dan hampir merata. Dalam beberapa hari ini juga sempat terjadi hujan lebat," rincinya.
Kondisi tersebut diutarakannya menjadi pertimbangan TMC masih dilanjutkan atau dihentikan. Namun disampaikannya bahwa BPPT meyakini akan tetap melakukan TMC beberapa hari ke depan karena diprediksi awan penghujan cukup mendukung.
"Melakukan TMC biasanya akan ada evaluasi BPBD, BPPT, BMKG dan instansi terkait lainnya untuk melihat kondisi hotspot, cuaca saat ini dan prediksi ke depan perkembangannya seperti apa," pungkasnya. (Humas/HMP)