Kabut asap akibat karhutla kembali menyelimuti kota-kota di Indonesia khususnya didaerah pulau Kalimantan dan Sumatera, setelah sebelumnya kabut asap sempat berangsur menghilang karena guyuran hujan, oleh karena itu FMB 9 (Forum Merdeka Barat) kembali selenggarakan forum diskusi yang mengusung tema Antisipasi Karhutla Berlanjut, di Jakarta (26/09/2019).
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT Yudi Anantasena dalam paparannya menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BPPT paling tepat diterapkan sebelum musim kering untuk mengantisipasi musim kemarau yang panjang seperti saat ini.
Penggunaan teknologi modifikasi cuaca ujar Yudi, dilakukan di wilayah Sumatera dan Kalimantan dengan menyemai garam NaCI masing-masing sebanyak 161.616 kg dan 1.600 kg guna memicu turunnya hujan.
BPPT lanjut Yudi, juga menggunakan teknologi SMOKIES (Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut Indonesia untuk Early Warning System Karhutla) menggunakan parameter pengukuran tinggi muka air, temperatur dan kelembaban tanah, temperatur dan kelembaban udara.
Tekanan curah hujan, arah dan kecepatan angin merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam mendukung teknologi TMC BPPT, jelasnya.
Deputi Yudi juga menyebut lahan gambut tidak boleh kering karena kebakaran mudah terjadi. Karenanya kata Deputi Yudi perlu dilakukan monitoring ketinggian air di lahan gambut, jangan sampai kering yang menyebabkan terjadinya kebakaran. Dengan teknologi SMOKIES milik BPPT hal tersebut dapat diantisipasi.
Hal yang sama dikatakan Kepala BNPB Doni Monardo, menurutnya dengan membasahi lahan gambut merupakan salah satu cara untuk mencegah salah satu penyebab kebakaran hutan.
Disebutkan Doni, karhutla tahun 2019 ini berbeda dari karhutla sebelumnya yang relatif mudah dipadamkan karena lahan gambut masih relatif basah. Tahun ini sudah 328 ribu hektar lahan gambut yang terbakar relatif kering, ujarnya.
Tanpa ada suatu kerja sama antara masyarakat dan pemerintah melalui satu kesatuan komando yang terintegrasi dengan semua komponen serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, penanggulangan bencana kebakaran hutan ini mustahil terjadi, jelas Doni.
Diakhir paparannya Doni memberikan solusi agar kejadian tersebut tidak terulang yakni dengan merubah perilaku masyarakat melalui sosialisasi terpadu, meningkatkan kapasitas penyuluh lapangan, edukasi masyarakat sejak dini dan hidup bersama masyarakat. (Humas/HMP)