“Organisasi Riset (OR) Energi dan Manufaktur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini sangat challenging untuk menemukan kebaruan yang dibutuhkan oleh pihak industri. Sampai detik ini saya belum tahu apa yang harus diunggulkan OR ini. Mari bersama kita pertajam program/kegiatan yang mampu memajukan ekonomi Indonesia.”
Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko kala memberikan arahan dalam acara Bincang-bincang Sivitas Energi dan Manufaktur yang diselenggarakan secara daring dan luring di Gedung Pusat Inovasi dan Bisnis, Kawasan Sains dan Teknologi Serpong, Kamis (17/03).
Dirinya mengungkapkan setelah melaksanakan reorganisasi menjadi 12 organisasi riset di lingkungan BRIN, OR Energi dan Manufaktur menjadi prioritas utama dalam penajaman program/kegiatan.
Handoko mengatakan BRIN itu melayani kegiatan riset seluruh Indonesia, tidak hanya mengurusi riset di internal saja. Semua skema pendanaan riset yang ada di BRIN di kompetisikan baik internal, perguruan tinggi dan swasta/industri. Hal tersebut ditujukan supaya menumbuhkan iklim kompetisi riset di Indonesia.
“Di BRIN tidak ada yang dianakemaskan, semua berkompetisi. Ini biar kita tidak terjebak mengurusi riset diri sendiri, ujung-ujungnya kompetisi BRIN jatuh, karena tidak ada persaingan,” ujarnya.
Kepala BRIN menggarisbawahi OR Energi dan Manufaktur untuk sesegera mungkin melakukan refocusing program/kegiatan utama. Dia berpesan untuk melakukan kegiatan sesuai keahliannya, jangan mengambil proses bisnis pihak lain yang memang sudah bertahun-tahun berada di bidang tersebut.
“Apabila ingin membuat teknologi prosesnya, bikin teknologi atau modulnya saja, jangan bikin pabriknya. Serahkan kepada mereka yang lebih profesional dalam bidang tersebut,” detilnya.
Faktor tersebutlah yang harus diperhatikan OR Energi dan Manufaktur, ujar Handoko, karena era pasar bebas, teknologinya sudah transparan. Tentunya dengan menambahkan kebaruan di dalamnya, sehingga bisa dilisensikan dan mendapatkan paten/royalti yang akan kembali ke BRIN, nilainya sebesar 30 persen.
“Setiap kegiatan harus menemukan kebaruannya, harus berujung paten, agar mampu menarik industri. Karena tujuan akhir dari riset BRIN sebagai enabler swasta/industri, bisa diserap industri, menumbuhkan peluang ekonomi baru bagi mereka,” terang Handoko.
BRIN Sebagai Enabler Industri/Swasta
Lebih lanjut, Kepala BRIN menjelaskan kepada sivitas OR Energi dan Manufaktur. OR ini jangan sampai terjebak dalam kegiatan pengujian, seperti yang selama ini berjalan. Harus segera merubah mindset-nya untuk melakukan riset sesuai dengan bidang keilmuannya.
“Karena OR dan Pusat Riset (PR) fokusnya ke riset, sedangkan pelayanan berada di ranahnya Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi yang menaungi kegiatan pengujian di BRIN,” ujarnya.
Handoko mengatakan semua kegiatan pengujian saat ini kalau bisa dilakukan kerja sama operasional untuk memunculkan ekonomi real. Ketika swasta sudah berjalan mandiri, dia pasti akan invest sendiri di bidangnya. Kita, BRIN, fokus di posisi dimana swasta/industri belum bisa masuk ke pasar atau teknologi tersebut.
“Saya tekankan khususnya di OR ini. Jangan sampai pengujian yang dilakukan instansi pemerintah merusak harga pasar dan mematikan industri mereka. Karena sekali lagi tujuan kita sebagai enabler, bukan membunuh usaha mereka.”
“Karena bila ingin diadu pemerintah dan swasta, maka swasta yang akan kalah, karena kalah dalam hal tarif dan juga perputaran modalnya. Saya berpesan, kita hanyalah enabler dari mereka,” terangnya.
Tantangan lainnya, menurut Handoko, SDM BRIN harus meningkatkan kompetensi dan kualifikasi pendidikannya hingga S3.
“Itu bisa diakses oleh semua sivitas BRIN. Ketika diterima di kampus yang bermitra dengan BRIN, seketika itu akan mendapatkan Surat Keterangan Tugas Belajar, Degree By Research. Kapanpun, usia berapapun, langsung kita terbitkan,” pungkas Kepala BRIN.
Organisasi Riset dan Manufaktur
Dalam kesempatan yang sama Kepala OR Energi dan Manufaktur Haznan Abimanyu mengatakan organisasinya terdiri dari tujuh Pusat Riset dengan total 87 Kelompok Riset. Ketujuh PR itu terbagi di empat lokasi Kawasan Sains dan Teknologi, diantaranya Serpong, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
Haznan menyebutkan pusat riset tersebut memiliki berbagai fokus di bidang seperti Konversi dan Konservasi Energi; Teknologi Transportasi; Teknologi Industri Proses dan Manufaktur; Teknologi Kekuatan Struktur; Teknologi Hidrodinamika; Teknologi Pengujian dan Standar; dan Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup.
Sumber daya manusia (SDM) OR Energi dan Manufaktur berjumlah sebanyak 709 pegawai. Total pegawai dengan jenjang S3 saat ini baru berkisar 16 persen, dan mayoritas sebanyak 43 persen berpendidikan S2.
Haznan menyambut baik kebijakan dari Kepala BRIN tentang pengembangan kompetensi SDM. Dirinya sependapat, semakin banyak pegawai berkualifikasi S3 maka pekerjaan akan berjalan lebih baik dan cepat, serta memiliki pemikiran baru dalam pengembangan riset, khususnya di ORnya.
Saat ini OR Energi dan Manufaktur telah mengumpulkan sebanyak 157 judul kegiatan riset. Setelah mendapatkan arahan dari Kepala BRIN, dirinya bersama tim akan segera melakukan penajaman program serta melakukan cost benefit analysis dari setiap kegiatan.
Kerjasama dengan mitra juga harus dihitung cost benefit-nya. Terlebih untuk skema hibah barang. Pada saat negosiasi kita juga harus kreatif dalam melaksanakannya, khususnya dalam bidang riset.
“Kalau hanya lebih banyak berkutat pada pemeliharaan saja, tidak bisa dieksplorasi dari sisi risetnya. Lebih baik tidak usah melaksanakan kerjasama. Jangan sampai malah hanya menambah operate cost saja, dan tidak berkontribusi ke segi ekonomi,” detilnya.
Dirinya tertantang ketika ORnya disebut sebagai salah satu prioritas utama Kelapa BRIN.
“OR Energi dan Manufaktur mempunyai potensi yang sangat besar. Tugas besarnya saat ini bagaimana mengarahkan ke arah lebih baik. Menghasilkan ekonomi real seperti arahan Kepala BRIN,” tutupnya. (HumasBRIN - SAS)