4763
Hits

Rekayasa Teknologi Pascapanen BRIN, Tingkatkan Mutu Hasil Pertanian Indonesia

 

Dunia pertanian tidak melulu soal budidaya, benih unggul maupun peningkatan produksi. Penanganan produk pascapanen juga menjadi faktor yang tidak kalah penting, bahkan menjadi lini penting dari proses bisnis pertanian. Dalam membantu dan mengenalkan teknologi pascapanen kepada petani, masyarakat dan industri, Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) yang berada dibawah koordinasi Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) BRIN menyelenggarakan Serial Webinar Teknologi Agroindustri bertajuk Riset Pascapanen Tanaman Bahan Baku Industri, Rabu (12/1/2022).

 

Plt. Kepala Kantor PTA OR PPT - BRIN Arief Ariyanto dalam pembukaan webinar menyampaikan, Indonesia dengan keragaman hasil budidaya pertanian membutuhkan penanganan khusus pascapanen. Menurutnya, posisi teknologi agroindustri dalam rantai/siklus pertanian berada di antara budidaya dan produk hasil panen. 

 

“Kehilangan kuantitas dan kualitas produk pertanian pascapanen cukup tinggi jika penanganan tidak tepat. Oleh sebab itu, perlu keterlibatan teknologi dalam penanganan pascapanen” tambahnya.

 

Arief mengatakan melalui acara ini para periset PTA akan membagikan beberapa hasil riset teknologi pascapanen tanaman bahan baku industri, diantaranya pengeringan tanaman obat, mesin sangrai kopi model fluidisasi, dan teknologi pascapanen buah mangga.

 

Pengeringan Tanaman Obat

 

Pengeringan tanaman obat merupakan proses utama dalam menghasilkan simplisia tanaman obat yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan kadar air dan memperpanjang masa simpan. Simplisia sendiri merupakan bahan alami yang digunakan sebagai bahan pembuatan obat yang belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut.

 

Periset PTA Lamhot Parulian mengatakan pengeringan tanaman obat cukup sulit pada prakteknya, karena pengeringan yang berlebihan (over drying) dapat menyebabkan senyawa aktif di dalam simplisia berkurang atau bahkan hilang. Sedangkan, pengeringan yang tidak sempurna menyebabkan tidak tercapainya syarat kadar air simplisia (<10%) yang mengakibatkan tumbuhnya mikroba dan jamur yang merusak produk

 

“Oleh sebab itu, dibutuhkan alat pengeringan tanaman obat yang benar dimana parameter suhu, RH, laju aliran udaranya terkondisikan, terkendali dan terakuisisi ” terangnya.

 

Pada kesempatan tersebut, Lamhot mengenalkan hasil risetnya berupa Teknologi Smart Drying pada pascapanen tanaman obat dimana purwarupanya telah dibangun di beberapa lokasi Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO), diantaranya Tegal, Tabanan dan Pekalongan.

 

Mesin Sangrai Kopi Model Fluidisasi

Saat ini kopi sudah menjadi bagian dan gaya hidup bagi sebagian orang. Kenikmatan kopi tidak hanya berasal dari jenis biji kopinya, tetapi juga bagaimana kopi tersebut diolah. Sangrai kopi merupakan proses yang sangat penting untuk menghasilkan aroma dan rasa kopi yang nikmat.

 

Menurut Gigih Atmaji, Periset dari PTA, Kopi sangrai berkualitas dihasilkan dari perpaduan antara keahlian roaster dan pemilihan mesin sangrai.

 

Mesin Sangrai Kopi Model Fluidisasi hasil risetnya, mampu menghasilkan roasted coffee bean dengan kematangan merata, rasa dan aroma kopi sempurna, kadar antioksidan yang masih cukup tinggi dan bersih dari kulit ari.

 

“Menariknya, mesin sangrai buatannya mudah dioperasikan dan bebas pemeliharaan” tambahnya.

 

Teknologi Pascapanen pada Agrobisnis Buah Mangga

 

Siapa yang tidak mengenal mangga. Buah tropis dengan warna hijau kekuningan yang manis dan kaya vitamin. Sebagian besar mangga di Indonesia dihasilkan dari tanaman pekarangan, sedangkan produksi dari areal perkebunan masih sedikit.

 

Menurut data tahun 2019, produksi mangga di Indonesia sebanyak 2,8 juta ton (nomor 4 di dunia) tetapi hanya 1.241 ton (0,06%) yang berhasil diekspor.

 

Periset PTA Hariyanto mengatakan produksi buah mangga sifatnya musiman, seringkali menyebabkan harganya jatuh saat puncak musim. Selain itu, laju kematangan buah yang cepat, membuat masa simpan mangga singkat (cepat rusak) dan menghambat distribusi produk (termasuk ekspor). Pada suhu ruang, mangga dapat bertahan hingga 10 hari.

 

“Diperlukan teknologi yang mampu memperpanjang masa simpan mangga tanpa mengurangi kualitas produk dengan biaya murah, mudah dioperasikan dan aman,” ungkapnya saat menjadi salah satu pemateri webinar.

 

Pada kesempatan tersebut, Hariyanto mengenalkan hasil risetnya berupa teknologi coating dan mesin coating. Coating sendiri bertujuan untuk menghambat laju transpirasi dan respirasi. 

 

Coating hasil risetnya menggunakan bahan turunan kelapa sawit dan pati sagu. Selain itu, penyimpanan dingin mampu memperlambat laju metabolisme buah mangga. Sedangkan mesinnya digunakan untuk melakukan coating secara otomatis dengan kapasitas (skala) produksi besar.

 

“Rekayasa teknologi pascapanen ini mampu mempertahankan penampilan dan kesegaran buah mangga hingga 4 minggu,” tutupnya.

 

Sebagai informasi hadir pada webinar tersebut para peneliti, perekayasa, pelaku industri pertanian, dan masyarakat umum. Semoga teknologi pascapanen dapat memberikan nilai tambah pada produk-produk pertanian di Indonesia. (BRIN - ARF)