25142
Hits

PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN: UNTUK BUMI YANG LEBIH HIJAU

Seminar ini merupakan salah satu langkah inisiatif untuk mengatasi permasalahan sampah plastik yang menjadi prioritas penting bagi KLH. Kami akan menangani permasalahan ini dari hulu hingga hilir tentunya dengan menggunakan pendekatan teknologi, ungkap Deputi Kementerian Lingkungan Hidup Bidang Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Hendri Bastaman saat membuka seminar.

Menurutnya, saat ini rata-rata di Indonesia menghasilkan sampah sekitar 0,5 kg, sekitar 13% diantaranya adalah sampah plastik yang sulit didaur ulang dan kurang lebih perlu waktu 500 tahun untuk proses penguraian, sehingga dari tren penggunaan plastik yang meningkat menyebabkan longsor sampah plastik. Salah satu ide bijak untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan plastik ramah lingkungan, tuturnya.

Manager Pengujian Laboratorium Sentra Polimer (STP) BPPT, Dody Andi Winarto mengatakan bahwa BPPT sebagai lembaga pemerintahan berperan dalam melakukan tahap observasi dan pengujian laboratorium. Pengujian yang kami lakukan disesuaikan dengan permintaan dari masyarakat. Kami juga mengikuti peraturan-peraturan pemerintah sesuai pada UU Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah, jelasnya.

Untuk merespon realita yang ada, dalam seminar hadir pula industri lokal yang berupaya membuat produk plastik yang mudah terurai guna, yaitu PT. Chandra Asri, PT. Tirta Marta, dan PT Inter Aneka Lestari Kimia. Penggunaan produk plastik yang mudah terurai, dapat meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

Menurut Bayu Herlambang dari PT. Chandra Asri, bahan baku plastik ramah lingkungan tersebut adalah polietiline (PE) Degradable Grade Asrene. Bahan tersebut akan terurai setelah terpapar cuaca panas, sinar matahari atau tekanan dalam waktu I hingga 2 tahun yang dipakai untuk pembuatan tas belanja, pembungkus barang, dan aplikasi yang sejenis.

Maria Ulfa, perwakilan dari PT Tirta Marta, mengatakan bahwa pihaknya telah mengembangkan dua brand plastik ramah lingkungan. Brand pertama adalah OXIUM, plastik yang ditambahkan aditif untuk mempercepat proses degradasi plastik melalui mekanisme oksidasi yang dipicu dengan UV, panas, cahaya oksigen dan mechanical stress. Sedangkan brand kedua adalah ECOPLAS, plastik campuran PE dan tapioka (pati singkong) sehingga mudah terurai secara alami melalui proses biologis dengan prinsip grafting.

Lain halnya yang dikatakan Aidil Arafat dari PT Inter Aneka Lestari Kimia. Kami mengembangkan solusi baru yaitu Enviplast, teknologi baru yang menghasilkan kantong plastik ramah lingkungan dari bahan alami, untuk menggantikan plastik konvensional (polyolefin), seperti tepung pati dan turunan minyak nabati. Penggunaan bahan alami tersebut, akan memudahkan microorganisme, organisme dan air dalam mengurai sampah plastik, jelasnya. (KYRA/humas)