9441
Hits

OUTLOOK ENERGI 2011: INDONESIA MENJADI NEGARA PENGIMPOR ENERGI DI TAHUN 2030

Dalam sambutannya, Kepala BPPT, Marzan A Iskandar menjelaskan bahwa dalam rangka memahami permasalahan energi dimasa depan dan mengantisipasinya, maka sejak tiga tahun lalu BPPT secara berkala menerbitkan buku Outlook Energi dengan tujuan memberikan gambaran dan tantangan permasalahan energi di masa mendatang. Sektor transportasi dan industri diperkirakan menjadi konsumen energi terbesar mencapai 73% dari pemakaian energi total pada tahun 2030. Sektor industri diharapkan menjadi penggerak perekonomian dan sektor transportasi yang penting karena merupakan penghubung dari berfungsinnya sektor lainnya, jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan Marzan bahwa buku tersebut merupakan hasil karya BPPT yang berisi mengenai perkiraan status supply dan demand energi Indonesia sampai tahun 2030. Diharapkan ini menjadi masukan dalam menyusun perencanaan energi  baik dari sisi penggunaan maupun sisi penyediaan. Serta upaya-upaya kita untuk mengantisipasi  kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan yang muncul didalam produksi ini, jadi bisa melalui kebijakan atau melalui suatu pembangunan pembangkit, pembangunan jaringan, dan pembangunan pembangkit energi lainnya yang diperlukan agar produksi yang kurang menguntungkan dapat dihindari, tambahnya.

BPPT memperkirakan kebutuhan LPG tahun 2030 mencapai 12 juta ton dan 9 juta ton dipenuhi dari impor. Konsumsi listrik juga akan naik 7 kali lipat, tumbuh sekitar 9,4 persen per tahun dari 135 TWh tahun 2009 menjadi 890 TWh tahun 2030. Tingginya produksi listrik memerlukan pembangunan kapasitas pembangkit listrik mencapai 6 kali lipat dari 34 gigawatt tahun 2009 menjadi 183 gigawatt tahun 2030. Di sisi lain energi baru terbarukan (EBT) berpeluang mencapai 524 juta SBM naik 12,4 persen dari kondisi saat ini. Jenis EBT yang berpotensi dikembangkan antara lain bahan bakar nabati dan panas bumi.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) BPPT, Unggul Priyanto mengatakan perlu adanya upaya mengurangi peranan minyak bumi serta meningkatkan efisiensi penggunaan energi untuk mengatasi terjadinya defisit energi. Pengurangan BBM yang sangat dominan harus nya dilakukan di sektor transportasi. Belum lagi , emisi karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan pembangkit listrik berbahan batubara. Karena batubara melepaskan CO2 empat kali lebih besar dari gas alam dan dua kali lebih besar dari minyak," ujarnya.

Senada dengan Unggul, Direktur PTPSE BPPT, MAM Oktaufik menilai kekhawatiran ketahanan energi diharapkan mampu membuat EBT memiliki peran. Namun pengembangan EBT masih diwarnai tantangan seperti daya saing dan harganya yang relatif lebih mahal.

Dalam Buku Outlook Energi Indonesia 2011 tersebut juga dibahas tentang strategi penyediaan energi jangka panjang di Indonesia dan gambaran permasalahan energi hingga tahun 2030 yang meliputi kondisi kebutuhan dan penyediaan energi, minyak bumi dan bahan bakar cair, gas bumi, batu bara serta ketenagalistrikan hingga tahun 2030. Kesemuanya dengan mempertimbangkan penerapan teknologi yang layak secara ekonomi, handal dan dapat diterima oleh masyarakat.

Tema khusus yang juga diangkat adalah energi masa depan di sektor transportasi dan ketenagalistrikan. Buku ini merupakan kontribusi BPPT dalam memberikan gambaran energi dimasa mendatang dalam kaitannya dengan penetrasi teknologi energi dan kebutuhan infrastruktur energi dalam rangka mendukung diversifikasi sumberdaya energi yang berkelanjutan dimasa mendatang. (SYRA/humas)