Kepala BPPT: JAPAN-ASEAN Forum 2017, Wahana Tingkatkan Inovasi Teknologi di Indonesia
"Forum kali ini untuk memecahkan masalah kurangnya keterkaitan antara lembaga riset, akademisi dan industri yang dialami tidak saja oleh Indonesia," kata Unggul dalam sambutannya di hadapan anggota Science and Technology in Society (STS) Forum di Bali, Kamis (20/1).
Selama ini, lanjut Unggul, hubungan antara lembaga riset, akademisi dengan swasta dan industri berjalan sendiri-sendiri, di mana dunia industri jarang sekali menggunakan hasil penelitian lembaga riset dan akademisi.
"Hal ini juga dialami oleh negara-negara lainnya di ASEAN, termasuk Jepang. Bahkan lembaga riset dengan industri di Indonesia dinilai lebih sejalan dibanding Jepang yang kebanyakan industrinya memiliki litbang sendiri," katanya.
Sementara itu Penasihat Senior STS Forum Tomihiro Taniguchi mengatakan di Jepang, dunia industri juga kurang menghargai hasil riset akademisi dan merasa puas dengan hasil inovasinya sendiri dengan menyewa tenaga ahli.
Dalam kesempatan itu ia juga menyebutkan bahwa forum yang diselenggarakan tiap tahun ini tidak hanya menguntungkan Jepang, tetapi juga masing-masing negara ASEAN dengan bertukar pengalaman dan melakukan tindak lanjut kerja sama.
"Asia sekarang menjadi kekuatan pendorong ekonomi dunia, termasuk ASEAN. Jadi kalau mau maju, kita harus bersama-sama berkolaborasi dalam inovasi," katanya.
Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristekdikti M Dimyati mengatakan dalam forum ini juga dilakukan pertukaran informasi tentang penerapan kota pintar (smart city), termasuk kesuksesan dan kegagalannya.
"Prinsip 'smart city' adalah bagaimana suatu kota lebih produktif dan efisien dalam berbagai bidang seperti dalam hal pelaporan, energi, transportasi, mitigasi bencana dan lain-lain. Sekarang ini berbagai kota di Indonesia sudah mulai menggunakan konsep ini," tutupnya. (Humas/HMP)