4999
Hits

Cegah Dampak Perubahan Iklim Bagi Produksi Perikanan Melalui Inovasi Teknologi Akuakultur

Potensi produksi perikanan Indonesia tentunya bukan rahasia lagi, bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang menghasilkan produksi dan kiloton perikanan yang paling terbesar di dunia dan sebagai negara kepulauan terbesar dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, demikian kata Menteri Riset Teknologi/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro diacara webinar Tropical Aquaculture Innovation Conference dengan tema Dampak Perubahan Iklim Terhadap Akuakultur Tropis yang diselenggarakan oleh Himperindo dan Info Aquakultur majalah perikanan budidaya (20/10).

 

Dengan produksi yang begitu besar maka meningkatan juga nilai ekspor setiap tahunnya. Demikian juga komoditas yang potensial di Indonesia adalah rumput laut, ini perlu diidentifikasi lagi, mengingat lebih mudah untuk ditangani dan mempunyai pasar yang cukup besar

 

Seperti negara Jepang dan Korea yang selalu menggunakan rumput laut terutama untuk kebutuhan pangannya sehingga konsekuensi dari peningkatan nilai ekspor dan aktivitas pertanian tentunya adalah pada pendapatan jangka panjang, ujarnya.

 

Dikesempatan yang sama, Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia yang tentunya memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang luar biasa sehingga menjadikan laut Indonesia sebagai lumbung pangan nasional yang tentu saja dibangun untuk memakmurkan bangsa.

 

Dengan adanya pandemi ini lanjut Hammam, kegiatan perikanan termasuk di dalamnya kegiatan akuakultur atau budidaya perikanan sangat rentan terhadap perubahan iklim. Hal tersebut sudah di sampaikan oleh banyak ilmuan melalui hasil-hasil riset di sektor perikanan yang memiliki risiko seperti menekan hasil tangkapan ikan di laut serta kelangsungan produksi perikanan dari akuakultur.

 

Seperti sekarang sedang menghadapi lanina yang dapat merusak lingkungan termasuk kegiatan produksi perikanan akuakultur. Karenanya perlu mengembangkan inovasi teknologi akuakultur yang adaptif terhadap perubahan iklim dengan teknologi ramah lingkungan, ujarnya.

 

BPPT sejak 42 tahun yang lalu, ditujukan untuk meningkatkan kontribusi iptek dan  produktifitas ekonomi dengan melakukan inovasi yang berbasis pada kebutuhan guna mengejar ketertinggalan malalui ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi  sebagai landasan ilmiah didalam seluruh kebijakan pembangunan nasional.

 

BPPT terus berkomitmen guna mencapai tujuan tersebut melalui penguatan kelembagaan mengembangkan sumber daya manusia sebagai human capital yang mumpuni dengan memberdayakan aspek sumber daya manusia perekayasa, peneliti serta seluruh jabatan fungsional lainnya, pungkasnya. (Humas BPPT)