Menyikapi hal tersebut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi telah dan terus mengembangkan berbagai inovasi teknologi dalam rangka pengelolaan teknologi pengelolaan sumberdaya air yang aplikasinya diharapkan dapat berperan dalam memecahkan masalah sumberdaya air, utamanya dalam hal banjir dan kekeringan.
"BPPT memiliki teknologi early warning system atau peringatan dini untuk mengetahui curah hujan. Dari situ kita lakukan simulasi, tinggi permukaan sungai, baru kita keluarkan peringatannya. Itu terkait banjir," ungkap Kepala Balai Teknologi Lingkungan, Arie Herlambang didepan awak media pada acara Workshop Teknologi Sumberdaya Air "Inovasi Teknologi Sumberdaya Air Berkelanjutan", Auditorium Cakrawala Geostech, (26/15).
Untuk menghadapi kekeringan kita juga punya teknologi pemanenan air hujan, sumur resapan seperti kita pasang di sekolah dan perkantoran. "Konsepsinya adalah kita coba tampung hujan agar tidak segera masuk sungai sehingga mencegah banjir dan bisa juga digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan air sehari-hari," jelasnya.
Arie melanjutkan, pemanenan dilakukan di daerah yang tinggi curah hujannya. Kualitas air hujan tentu jauh lebih bagus ketimbang air sungai. Sistem pemanenan air hujan ini bisa menghemat 20 meter kubik perhari. Selain itu dapat juga mengurangi genangan air.
Disorot mengenai banjir yang kerap menyerbu wilayah Kampung Pulo, Arie menjelaskan bahwa daerah tersebut ditinjau dari sisi topografi adalah dataran banjir. Kanan kirinya pun ada sungai. "Untuk penanganan banjirnya ya hanya bisa dilakukan dengan pemompaan. Karena masalahnya ada di drainease," sebutnya.
Sementara untuk pemanenan air hujan dia menuturkan bahwa telah diaplikasikan di wilayah Depok dan Jakarta Selatan. "Beberapa sekolah bahkan bisa menampung 10 sampai 20 meter kubik," ujarnya.
Untuk langkah edukasi, Arie menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan proses edukasinya ke anak-anak sekolah tersebut. (Humas)