Indonesia Emas merupakan cita-cita bersama bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju bertepatan dengan 100 tahun Kemerdekaan Indonesia, guna mencapai hal tersebut, diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penguasaan Iptek sudah disadari oleh Presiden RI pertama Soekarno yang menginginkan bangsa Indonesia dapat berdiri di atas kaki sendiri. Begitu pula dengan para penerusnya, Presiden Soeharto yang memperkuat sektor pertanian dan mempersiapkan industrialisasi agar Indonesia dapat lepas landas di masa datang.
Upaya tersebut direalisasikan dengan mendirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 21 Agustus 1978 sekaligus menunjuk B.J. Habibie sebagai ketuanya.
BPPT dibutuhkan sebagai suatu wahana untuk mengkaji masalah-masalah teknologi secara mendalam dan menyeluruh agar kehadiran dan penerapannya mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan bangsa, khususnya dalam mengembangkan industri di tanah air yang dapat memperkuat kemandirian bangsa,
Karenanya, BPPT hadir untuk mendukung penuh industri di Indonesia baik BUMN maupun swasta serta menjawab kebutuhan industri maupun memberikan solusi teknologi terutama untuk substitusi impor dengan cara peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN), kata Kepala BPPT Hammam Riza saat memperingati HUT ke-43 BPPT dengan tema “BPPT 43 Tahun Berinovasi Tiada Henti” yang disiarkan di kanal YouTube BPPT RI dan CNN Indonesia (23/08).
Melalui ekosistem inovasi, BPPT dikatakan Hammam juga menerapkan open innovation. Mengadopsi invensi-invensi anak bangsa, yang kemudian diorkestrasi dalam sebuah ekosistem multi helix, sehingga mempercepat lahirnya inovasi yang dibutuhkan bangsa.
Salah satu contoh dengan pembentukan Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC-19) dalam menanggulangi pandemi di Indonesia, terutama dalam mengatasi kelangkaan alat-alat kesehatan yang sangat dibutuhkan untuk keperluan testing, tracing, dan treatment
Sesuai dengan amanat UU SISNAS IPTEK, Ia menuturkan bahwa BPPT sebagai salah satu penyelenggara Litbangjirap menjalankan tujuh perannya, yaitu tiga peran dalam pengkajian teknologi yang meliputi perekayasaan/ engineering, kliring teknologi, dan audit tekonologi, serta empat peran dalam penerapan teknologi yaitu intermediasi teknologi, difusi/diseminasi teknologi, alih teknologi, dan komersialisasi/hilirisasi teknologi.
Produk inovasi Teknologi
Pada 2021 ini, BPPT memfokuskan pada delapan bidang teknologi yang diarahkan untuk peningkatan kemandirian dan daya saing bangsa diantaranya bidang fokus kebencanaan, kemaritiman, kesehatan dan pangan, pertahanan dan keamanan, rekayasa keteknikan, transportasi, energi, dan teknologi informasi dan elektronika.
Sampai saat ini Hammam menyebut BPPT sudah banyak menghasilkan produk inovasi dalam berbagai bidang fokus teknologi tersebut yang dapat dimanfaatkan baik oleh industri maupun masyarakat luas yang dapat mengurangi penggunaan produk impor dan meningkatkan kandungan komponen dalam negeri.
Salah satunya BPPT telah berhasil memproduksi bahan semai berjenis flare yang digunakan untuk operasi Teknologi Modifikasi Cuaca. Selain itu, fokus transformasi digital terus digencarkan melalui penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), untuk mendukung penerapannya BPPT telah mengembangkan i-OTENTIK, sebuah tanda tangan digital yang bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat melalui situs govca.id.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam sosialisasi SPBE juga turut diterapkan dalam pelaksanaan pemilihan umum. Menurutnya, melalui inovasi e-Pemilu, BPPT menyediakan layanan terintegrasi, mulai dari verifikasi database pemilih menggunakan KTP elektronik dan data sidik jari, pemilihan suara dalam bentuk digital yang dapat menghitung jumlah suara sah secara realtime, hingga rekapitulasi suara yang langsung terkirim ke Pusat Data KPU ketika waktu pemilihan dinyatakan selesai.
Sebagai Lembaga pengkajian dan penerapan BPPT memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan inovasi serta mendorong keberhasilan penerapannya. Dengan semangat solid, smart, speed bersama mitra multi helix dalam suatu ekosistem inovasi yang diorkestrasi oleh Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), siap mendukung pemulihan ekonomi nasional, dan siap mendukung inovasi sebagai penghela pertumbuhan ekonomi menuju Indonesia Emas 2045 yang di cita-citakan bersama, pungkasnya.
Sementara, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko turut mengucapkan selamat ulang tahun BPPT ke-43. Ia menyampaikan, mengutip dari Presiden RI Joko Widodo saat Hari Kebangkitan Teknologi, untuk membangun kemajuan Indonesia salah satunya dengan hilirisasi industri dalam negeri. Selain itu, tidak hanya memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah tapi juga harus meningkatkan nilai tambah melalui riset dan inovasi.
Untuk menjadi negara maju menurutnya, Indonsia sudah mempunyai unsur penting tersebut seperti sumberdaya alam seperti keaneka ragaman hayati, namun semua itu belum bisa dikatakan kekayaan jika belum mampu mengolahnya dan memberikan nilai tambah yang signifikan. Karenanya, perlu mendorong komunitas riset dan inovasi.
Dengan lahirnya UU No 11 Tahun 2019 membawa Indonesia semakin dekat kearah cita-cita, karena itu pembentukan BRIN merupakan mandat dari UU No 11 Tahun 2019 dan menjadi millstone di Indonesia sejak era kemerdekaan.
Dunia riset juga tidak bisa dipisahkan, ini mejadi reputasi bangsa Indonesia di dunia sehingga keberhasilan iptek di Indonesia. Untuk itu, bukan hanya harus dibuktikan produk hasil riset yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tetapi juga harus mencapai standar global. Untuk itulah BRIN ada dan harus memfasilitasi para periset guna mencapai tersebut, jelasnya. (Humas BPPT)